Soal
Aplikasi penyunting dokumen, Aplikasi Office buatan Microsoft pasti harus
menjadi paling fokus utama. Software utama Office seperti Word, Excel, dan
PowerPoint bahkan menjadi software paling wajib harus dikuasai semua orang Milenial
ini. Aplikasi Office
dari microsoft saat ini telah memasuki generasi yang ke 10. Palingbaru adalah Office
2019 yang sudah dirilis September 2018 yang lalu. Tapi dalam sebuah
iklan promosi, Microsoft malah terkesan sangat menjelek-jelekkan Ms Office 2019. Di iklan
tersebut telah ditunjukkan 2 remaja kembar yang sedang ditantang mengolah data
di Excel, yaitu menambahkan ibukota negara bagian AS beserta populasi dan kota
terbesar nya.
Perbedaannya cuma remaja
pertama menggunakan Ms Office 2019, sementara
remaja kedua menggunakan Ms Office 365. Akhirnya, remaja kedua telah
berhasil menyelesaikan dokumennya segera dengan lebih cepat. Hal ini di
karenakan Excel di Office
365 memiliki fitur function baru untuk menarik data sekunder; satu hal
yang tak dimiliki Office
2019. Paling menariknya, di iklan
ini bukan cuma satu. Microsoft merilis dua video lain yang menunjukkan
kelebihan Office
365, sekaligus menunjukkan kelemahannya Office
2019.
Jika Anda yang belum mengetahui, Microsoft Office
365 Yaoitu Microsoft Office berbasis cloud dan menggunakan sistem secara berlangganan per tahun. Untuk Office
365 Home, biaya berlangganannya hanya Rp.1,2 juta /tahun (119.000/bulan jika Anda ingin berlangganan bulanan).
Sementara Microsoft Office
2019 adalah Aplikasi berbasis desktop dengan sistem pembelian putus.
Artinya sekali beli, Anda bisa menggunakannya sampai kapan pun. Harga Office
2019 versi Home and Students adalah Rp.1,45 juta, sementara versi Home
Business Rp.3,85 juta.
Microsoft merilis iklan itu, Microsoft pada dasarnya hanya mendorong pengguna agar beralih ke MicrosoftOffice
365. Pasti lah Tentu, langkah ini memiliki tujuan khusus. Karena berbasis langganan
dan online, Office
365 memudahkan Microsoft akan mendapatkan pelanggan tetap. Konsumen akan
sulit berhenti berlangganan karena berhenti berarti harus mencari software
alternatif. Ketika muncul ketergantungan seperti itu, kontrol pun berada di
sisi Microsoft. Contohnya ketika Microsoft ingin menaikkan harga, konsumen
relatif akan nurut.
Lain halnya pada Office
2019. Jika misalnya tahun depan Microsoft merilis Office 2020, pilihan
tetap ada di tangan konsumen. Jika konsumen tidak tertarik dengan fitur-fitur
baru Office 2020, mereka memiliki pilihan untuk terus menggunakan Office
2019. Hal inilah yang terjadi selama ini, ketika masih banyak konsumen yang
menggunakan Office 2010 atau 2013 meski support resminya
sebenarnya sudah habis.
Langkah yang telah dilakukan pabrikan Microsoft ini memang bukanlah yang baru. Adobe juga telah melakukannya untuk
program penyunting gambar andalannya, seperti aplikasi Photoshop atau Illustrator,
melalui layanan Creative Cloud. Adobe bahkan tidak lagi menyediakan versi beli
putus untuk aplikasi itu, sudah berbasis langganan per tahun.
Menggunakan layanan canggih berbasis
cloud seperti microsoft Office
365 sebenarnya memang sudah memiliki banyak keuntungan. Jika ingin
menambahkan fitur baru, Microsoft bisa langsung memasang di sisi server dan
seluruh pengguna Office
365 bisa langsung memanfaatkannya. Dan meski berbasis cloud, pengguna
sebenarnya tetap bisa menggunakan Office
365 ketika offline atau tidak terhubung ke internet.
Namun tetap saja,
menggunakan layanan cloud ibarat Anda mengontrak rumah. Di satu sisi nyaman,
tinggal pakai, dan (relatif) murah, namun di sisi lain harus pasrah jika
pemilik kontrakan menaikkan harga kontrakan. Sementara beli putus software
seperti beli rumah sendiri, ketika Anda bisa bebas menggunakan kapan saja.
Sekarang, Anda Mau pilih
mana?
yang jelas Pilih office 365
dong paling canggih.